Bregasnews.com - Mewabahnya pandemi covid 19 saat ini sudah diketahui luas oleh seluruh masyarakat dunia, termasuk anak-anak sekolah. Mereka sederhana nya tahu bahwa karena virus Corona inilah akhirnya sekolah libur panjang, atau sebagian mengenal dengan istilah belajar online. Mereka tahu bahwa virus Corona bisa menular dan membahayakan kesehatan, bahkan bisa mengakibatkan kematian. Tapi mungkin masih sedikit siswa yang memahami keterkaitan virus tersebut terhadap sendi-sendi perekonomian seluruh kehidupan. Tidak sedikit negara yang perekonomiannya terpuruk, termasuk melemahnya mata uang masing-masing negara. Begitupun dengan rupiah yang sempat mengalami pelemahan, namun saat ini mulai bangkit. Bahkan cadangan devisa mengalami kenaikan.
Terkait hal ini, Pemerhati Ekonomi Dede Farhan Aulawi menyampaikan pandangannya pada hari Senin, (8/6) di Jakarta ketika dihubungi melalui sambungan telepon. Menurut Dede, per hari ini kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 13.956. Hal ini menunjukkan bahwa Rupiah berhasil menguat signifikan 1,02% dibandingkan posisi akhir pekan lalu. Begitupun di pasar spot, rupiah juga menguat. Misalnya tadi pagi pada pukul 10:00 WIB, USD 1 berada di Rp 13.825 yang berarti rupiah menguat 0,18%. Padahal waktu pembukaan pasar spot, rupiah stagnan di Rp 13.850/US$. Ujar Dede.
Kemudian Dede juga menambahkan bahwa penguatan rupiah ini walau relatif terbatas menjadi mencolok karena mata uang lainnya cenderung melemah. Mungkin sebagian investor memilih untuk mencairkan keuntungan karena rupiah di Asia sudah menguat tajam akhir-akhir ini. Bahkan rupiah menjadi mata uang dengan penguatan paling tajam, mencapai belasan persen dalam tempo kurang dari tiga bulan.
Ada hal yang menggembirakan ketika merujuk pada rilis Bank Indonesia (BI) yang melaporkan cadangan devisa per akhir Mei adalah US$ 130,5 miliar. Hal ini menunjukkan kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$ 127,9 miliar.
Peningkatan cadangan devisa pada Mei 2020 terutama dipengaruhi oleh penarikan utang luar negeri pemerintah dan penempatan valas perbankan di Bank Indonesia. Peningkatan jumlah cadangan devisa tersebut membuat investor yakin bahwa stabilitas rupiah akan terjaga. Artinya, BI memiliki 'amunisi' yang memadai untuk mempertahankan rupiah kalau sampai terjadi apa-apa.
" Dengan demikian, bangsa Indonesia bisa sedikit lega melihat indikator ekonomi ini. Jika di awal April mengalami penurunan cadangan devisa karena adanya upaya untuk intervensi di pasar spot dan sekunder dalam rangka memperbaiki nilai tukar rupiah yang terpengaruh situasi pandemi global, maka selama Mei mengalami peningkatan cadangan devisa karena adanya penerbitan Global Bond/penarikan utang dan penempatan valas perbankan di BI untuk meningkatkan likuiditas selama adanya tekanan akibat pandemi ", pungkas Dede mengakhiri pandangannya.(tm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar