Dede Farhan Aulawi Jelaskan Dampak Perang Terhadap Resesi Global - bregasnews.com - Koran Online Referensi Berita Pantura

Breaking

Home Top Ad

Post Top Ad

Kamis, 12 Januari 2023

Dede Farhan Aulawi Jelaskan Dampak Perang Terhadap Resesi Global



Bregasnews.com - “ Saat ini kita masih dalam suasana di awal tahun 2023, tiba – tiba perusahaan Goldman sachs melakukan PHK terhadap 3.200 orang karyawannya. Sementara China memborong 62 Ton emas semakin membuat was – was sebagian masyarakat bahwa dunia sudah mula memasuki masa resesi global. Resesi ini tentu bukan sebuah kondisi yang muncul tiba – tiba, melalui sebuah hasil dari rangkaian proses di waktu – waktu sebelumnya. Sebagaimana kita tahu bahwa di tengah upaya pemulihan ekonomi pasca pandemi covid 19, terjadi perang Rusia vs Ukraina. Dampaknya, terjadilah krisis pangan, energi, dan keuangan. Inflasi melonjak drastis, bahkan di beberapa negara mencapai rekor tertinggi dalam puluhan tahun. Kondisi ini pada akhirnya memicu lahirnya apa yang disebut Stagflasi “, ujar Dede Farhan Aulawi di Bandung, Rabu (11/1).


Masyarakat dunia tentunya tahu bahwa peperangan yang terjadi di Ukraina tidak semata – mata soal Rusia dan Ukraina saja, tetapi juga sudah melibatkan negara – negara besar di belakangnya yang tergabung dalam NATO dengan AS. Tidak cukup dengan itu, sengketa tentang Taiwan juga dinilai berpotensi menimbulkan perang besar AS vs China, yang tentu saja akan merembet ke negara sekutu masing – masing. Rivalitas antar kekuatan besar tersebut memicu kekhawatiran masyarakat dunia yang menilai bahwa konflik terbuka diantara berbagai kekuatan tersebut dapat mengancam stabilitas dan perdamaian.


Selanjutnya Dede juga menjelaskan bahwa berbagai kondisi di atas bisa memicu stagflasi, dimana inflasi dan konstraksi terjadi secara bersamaan. Istilah stagflasi pertama kali disebutkan oleh United Kingdom Chancellor of the Exchequer, MacLeod dalam pidatonya di hadapan parlemen pada tahun 1965. Stagflasi bisa terjadi saat pertumbuhan ekonomi yang melambat, diikuti oleh angka pengangguran yang tinggi dan harga kebutuhan pokok yang meningkat tajam. Selain itu, stagflasi biasanya juga terjadi ketika jumlah uang yang beredar mengalami peningkatan sementara pasokan kebutuhan terbatas.


Geopolitik Euro-Atlantik dan Asia-Pasifik akan selalu saling bergantung dan saling mempengaruhi. Jika situasi perang masih belum bisa dihentikan oleh para pihak, maka masih akan terjadi peningkatan ketegangan geopolitik secara global, dan banyak negara yang mengalami beban ekonomi yang berat karena perang tersebut telah mengacaukan rantai pasokan global dan pasar komoditas dan energi, dengan volatilitas yang berkontribusi terhadap tekanan resesi di ekonomi global pada tahun 2023. 


Upaya untuk mewujudkan hegemoninya di kawasan Asia–Pasifik, AS kembali menghidupkan jaringan aliansi lamanya. Anggota aliansinya telah beradaptasi dengan beberapa perubahan. AS terus melakukan hubungan kerja sama keamanan segi empat bersama Australia, India dan Jepang (Quad), Korea Selatan, Taiwan, dan Australia. AS juga membuat aliansi pertahanan dan keamanan bersama Australia dan Selandia Baru (ANZUS) dan mendirikan AUKUS, sebuah pakta keamanan trilateral antara Australia, Britania Raya, dan Amerika Serikat. Semua itu adalah bagian dari strategi AS untuk melawan kekuatan China yang meningkat. 


Di sisi lain, China telah menjadi sebuah raksasa baru dengan menggunakan Belt and Road Initiative (BRI), suatu strategi kebijakan luar negeri untuk meraih pengaruh dunia melalui investasi di infrastruktur. 


“ Menurut Bremmer, pada tahun ini tatanan keamanan global akan dipimpin oleh AS, tatanan ekonomi global akan bergantung pada China, tatanan digital global akan didorong oleh perusahaan teknologi raksasa “, pungkas Dede.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Iklan Disewakan

Laman