Bregasnews.com - “ Sosialisasi untuk membangkitkan semangat dalam mewujudkan dan mengembangkan desa wisata beberapa tahun terakhir ini sudah cukup baik. Ada banyak pegiat pariwisata sebagai pejuang – pejuang dalam mengisi kemerdekaan saat ini telah berjibaku kerja keras untuk mewujudkan pariwisata Indonesia yang maju dan kompetitif. Namun itu saja tampaknya masih belum cukup karena masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memajukan kepariwisataan di Indonesia ini, salah satunya adalah mengajarkan STRATEGI PEMASARAN WISATA. Jika ini tidak dilakukan dengan baik, maka desa wisata yang telah dibangun dengan bersusah payah itu hanya akan meninggalkan kenangan saja karena tujuan mendatangkan wisatawan belum berhasil “, ujar Ketum DPP PRAWITA GENPPARI Dede Farhan Aulawi di Bandung, Jum’at (26/1).
Menurutnya, pemasaran merupakan ilmu tentang cara untuk memasarkan segala macam penawaran produk, termasuk penawaran destinasi wisata kepada konsumen. Pemasaran destinasi pariwisata merupakan kegiatan untuk menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan dan menukarkan segala penawaran yang dilakukan destinasi pariwisata terhadap segala produk wisata yang memiliki nilai bagi wisatawan, serta dapat memberi manfaat disertai tanggung jawab kepada masyarakat. Dengan demikian ruang lingkup pengelolaan pemasaran usaha destinasi pariwisata adalah seluruh kegiatan destinasi pariwisata yang meliputi strategi pemilihan pasar sasaran, memperoleh, mempertahankan dan menumbuhkan wisatawan yang dipilih.
Tidak lupa seluruh unsur yang terkait dengan destinasi wisata harus memiliki kesadaran untuk memberikan kepuasan kepada wisatawan, misalnya pelayanan yang ramah, lokasi wisata yang bersih, petunjuk keselamatan tersedia dengan jelas, fasilitas umum dan fasilitas ibadah tersedia, dan sebagainya. Perlu diingat juga bahwa kepuasan pelanggan dapat diwujudkan apabila semua penawaran yang diberikan destinasi dapat memenuhi dengan apa yang diharapkan (expectation), bahkan kalau bisa melebihi yang diharapkan pelanggan (exceed the expectation). Dengan kepuasan pelanggan yang diberikan oleh destinasi dapat mempertahankan wisatawan berkunjung kembali dan mereka yang puas akan memberitahu dan merekomendasikan kepada orang lain.
Selanjutnya Dede juga menjelaskan bahwa optimalisasi pemasaran destinasi pariwisata akan terjadi apabila destinasi konsentrasi untuk mengejar segmen pasar secara spesifik dari pada melayani pasar secara luas (mass market) yang tentunya sulit dilakukan. Alasannya agar sumber daya yang terbatas bisa efektif melaksanakan tugasnya dengan jangkau pasar yang terfokus. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menetapkan pasar sasaran destinasi pariwisata antara lain 1) Kompetensi pihak manajemen yang akan mengelola segmen pasar yang akan dijadikan sasaran, 2) Ketersediaan sumber daya, kuantitas, kualitas, dan jenis produk yang dimiliki oleh destinasi wisata, 3) Keunggulan bersaing destinasi wisata yang meliputi keunikan produk wisata dan harga yang paling bersaing, dan 4) Siklus produk/ pasar (tren produk atau pasar).
Di samping itu dikenal juga istilah Bauran Pemasaran dengan pendekatan 4 P’s. Empat elemen dalam program pemasaran ini dijalankan supaya strategi pemasaran dan positioning yang telah ditetapkan dapat diimplementasikan dengan baik. Dalam industri jasa dewasa ini program pemasaran 4 P’s dikembangkan menjadi 7 P’s yaitu Product, Price, Place, Promotion, People, Phyicical Evidence dan Process. Sementara dalam pemasaran destinasi pariwisata, pemasaran 4 P’s dikembangkan menjadi 8 P’s. Menurut Morrison (2013), pemasaran destinasi pariwisata 8 P’s adalah Product, Price, Place Promotion, Packaging, Programming, Partnership dan People.
Kemudian Dede juga menambahkan penjelasan terkait dengan Strategi Bersaing. Strategi bersaing merupakan langkah-langkah strategis secara terencana maupun tidak direncanakan agar memperoleh keunggulan bersaing dalam rangka menarik perhatian konsumen, memperkuat posisi pasarnya, dan menekan persaingan. Oleh karena itu strategi bersaing dapat berjalan efektif jika destinasi pariwisata mampu menunjukkan nilai yang dimilikinya sebagai keunggulan dibandingkan pesaingnya.
Destinasi pariwisata yang mempunyai keunggulan bersaing dapat mempermudah dalam meraih keuntungan yang lebih besar dan berpeluang hidup lebih lama dalam persaingan. Untuk menetapkan dan menjalankan persaingan diperlukan tiga tahap penyusunan strategi bersaing, yaitu 1) Memutuskan posisi kompetitor yang mempunyai peluang terbesar dalam persaingan, 2) Mengembangkan atribut produk dan jasa yang mempunyai kekuatan daya tarik terhadap konsumen, dan 3) Menetralkan persaingan dari pesaing.
Dalam hal ini dikenal ada 4 strategi bersaing, yaitu :
1) Strategi Prospektor, yaitu strategi yang memprioritaskan keberhasilan dalam berinovasi, menciptakan produk baru dan kesempatan baru untuk para calon wisatawan
2) Strategi Bertahan, yaitu strategi yang mengutamakan pasar sasaran yang stabil. Strategi ini cocok untuk destinasi wisata yang lini produknya sedikit dan memiliki segmen pasar yang sempit, sehingga destinasi wisata hanya fokus untuk mempertahankan pasar dari pada mengembangkannya.
3) Strategi Penganalisis, yaitu strategi yang memprioritaskan pada analisis ide bisnis baru sebelum destinasi wisata memasuki bisnis tersebut.
4) Strategi Reaktor, yaitu strategi yang memprioritaskan reaksi pada perubahan lingkungan. Reaksi baru dilakukan apabila terjadi tekanan dari lingkungannya yang memaksa untuk berubah.
“ Jadi destinasi pariwisata yang mampu mempertahankan dan meningkatkan jumlah pengunjung di tengah-tengah pesaingnya adalah destinasi wisata yang sukses dalam menetapkan strategi pemasaran dan strategi bersaingnya. Dalam menetapkan strategi pemasaran destinasi pariwisata selayaknya memperhatikan situasi dan kondisi destinasi wisata itu sendiri baik kondisi internal atau lingkungan mikro, maupun kondisi eksternal atau lingkungan makro. Penentuan strategi bersaing perlu dilakukan dalam pemasaran destinasi pariwisata supaya mendapatkan perhatian konsumen, memperkuat posisinya di pasar, dan tahan menghadapi tekanan pesaing. Strategi bersaing dapat dijalankan secara efektif apabila pengelola destinasi pariwisata mampu menjelaskan nilai lebih yang dimiliki sebagai keunggulan dibanding pesaing. Dengan memiliki keunggulan bersaing maka akan mempermudah dalam meningkatkan keuntungan yang lebih besar serta memberi peluang hidup lebih lama dalam persaingan “, pungkas Dede.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar