Bregasnews.com - “ Assessment adalah proses penilaian yang umum dilakukan perusahaan, tetapi masih sangat jarang diterapkan dalam sebuah organisasi. Namun demikian, DPW Forum Bela Negara (FBN) Jawa Barat mungkin satu – satunya organisasi yang menerapkan secara ketat terkait assesment bagi calon pengurusnya. Hal ini dilakukan guna mendapatkan calon pengurus yang sesuai dengan kriteria, baik menyangkut mental ideologi, kompetensi, sikap mental, dan sebagainya. Tes Asesmen (Assessment Test) merupakan tes yang digunakan untuk menganalisis dan mengidentifikasi calon pengurus yang baik “, ujar Dewan Pakar FBN Jabar Dede Farhan Aulawi di Bandung, Sabtu (30/8).
Hal tersebut ia sampaikan setelah dirinya selesai melaksanakan assesment bagi calon pengurus DPD FBN kabupaten Cirebon. Pada kesempatan tersebut, tampak hadir 5 orang assese yang diasses. Menurutnya, melalui Tes Asesmen ini organisasi dapat mengetahui bakat dan kualitas dari calon pengurus, sehingga dapat dinilai apakah cocok dengan jabatan yang akan ditempatinya. Lewat tes ini organisasi dapat memperkirakan bagaimana kinerja pengurus kedepannya. Organisasi juga bisa memastikan bahwa kandidat yang dipilih merupakan yang paling tepat dibandingkan dengan kandidat lainnya berdasarkan hasil penilaian Tes Asesmen.
“ Untuk itu diperlukan penyusunan rencana pemetaan kompetensi yang akan dilakukan melalui uji kompetensi secara bertahap sebagai kerangka dasar dalam mewujudkan Tallent Pool dan menuju terbentuknya Manajemen Talenta organisasi yang tepat. Jadi metode Assesment Center ini merupakan metode terstandar yang dilakukan untuk mengukur kompetensi dan prediksi keberhasilan calon pengurus dengan menggunakan beberapa alat ukur atau simulasi berdasarkan kompetensi jabatan dan dilakukan oleh beberapa orang Assessor yang semuanya merupakan Dewan Pakar FBN Jabar “, tambahnya.
Pada kesempatan kali ini tampak hadir Kol (Purn). Deden yang merupakan assesor Mental Ideologi, dan juga Dede Farhan Aulawi yang merupakan Assesor Kompetensi. Assesmen Mental Ideologi mempunyai tujuan khusus, antara lain untuk menilai dan mengukur mental serta wawasan kebangsaan yang dimiliki oleh para calon pengurus. Sementara itu, uji kompetensi meliputi kompetensi manajerial, kompetensi teknis dan sosial kultural. Uji Kompetensi adalah suatu proses membandingkan kompetensi yang dimiliki calon pengurus dengan kompetensi jabatan yang dipersyaratkan dengan menggunakan alat ukur tertentu.
Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan. Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi. Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap calon pengurus.
Selanjutnya Dede juga menjelaskan beberapa aktivitas simulasi yang diberikan, diantaranya Problem Analysis/ Studi Kasus untuk menganalisa suatu permasalahan dan juga diminta untuk membuat solusi pemecahannya. Lalu ada, Leaderless Group Discussion yang merupakan diskusi tanpa pemimpin dimana masing-masing peserta diminta untuk membahas suatu masalah guna mencapai konsesus bersama. Kemudian ada Behavioral Event Interview, dimana para asesor akan mengajukan pertanyaan yang berbasis perilaku kepada asesi. Pertanyaan akan berfokus pada kejadian kritikal di masa lalu yang menyangkut pekerjaan dan pernah dialami oleh asesi.
“ Melalui assesmen ini, mudah – mudahan didapatkan para pengurus yang memiliki komitmen dan tekad yang kuat dalam memajukan organisasi. Termasuk kemampuan manajerial dalam mengelola, merencanakan dan melaksanakan tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawab jabatan “, pungkasnya.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar