Refleksi Pengabdian 80 Tahun TNI :“Saat Prajurit Sapta Marga Penuhi Panggilan Ibu Pertiwi” - bregasnews.com - Koran Online Referensi Berita Pantura

Breaking

Home Top Ad

Post Top Ad

Senin, 13 Oktober 2025

Refleksi Pengabdian 80 Tahun TNI :“Saat Prajurit Sapta Marga Penuhi Panggilan Ibu Pertiwi”

 


Oleh : Dede Farhan Aulawi

Ketika Ibu Pertiwi memanggil, tidak semua anak bangsa sanggup menjawabnya dengan keberanian dan pengorbanan. Namun, prajurit TNI yang berlandaskan Sapta Marga menjawab panggilan itu tanpa ragu, dengan sepenuh jiwa dan raga. Dalam tiap langkahnya, mereka tidak hanya membawa senjata, tapi juga semangat pengabdian, kehormatan, dan kesetiaan kepada bangsa dan negara.


Sapta Marga bukan sekadar deretan kata yang dihafal di barak militer. Ia adalah pedoman hidup, kompas moral yang menuntun prajurit untuk bertindak dalam suka maupun duka. Misi mereka bukan hanya menjaga kedaulatan dari ancaman luar, tetapi juga hadir di tengah masyarakat saat bencana melanda, saat keamanan terganggu, atau ketika rakyat membutuhkan uluran tangan.


Panggilan Ibu Pertiwi tidak selalu berbunyi keras seperti genderang perang. Kadang ia datang dalam bentuk tangisan warga yang terkena bencana alam, jeritan anak-anak yang kekurangan gizi di pelosok negeri, atau dalam wajah-wajah lelah para petani yang butuh keadilan. Di sanalah prajurit hadir,  bukan hanya sebagai alat negara, tapi sebagai anak kandung bangsa yang siap melindungi, membantu, dan menguatkan.


Di tengah globalisasi, ketika ancaman bukan hanya fisik tetapi juga ideologis dan digital, prajurit TNI tetap berdiri tegak. Mereka beradaptasi, belajar, dan terus setia pada sumpah Sapta Marga, menjadi patriot yang tidak mengenal menyerah, yang selalu menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi.


Ketika seorang prajurit melangkah ke medan tugas, baik di perbatasan, daerah konflik, ataupun dalam misi kemanusiaan, mereka sedang memenuhi panggilan suci itu. Dan dalam diamnya malam, saat mereka berjaga di pos terpencil, mungkin terdengar lirih suara Ibu Pertiwi berkata: "Terima kasih, anakku."


Di balik senyapnya pengabdian itu, ada keteguhan hati, ada air mata yang disembunyikan, dan ada doa yang tak henti terucap. Mereka tahu, panggilan Ibu Pertiwi bukan untuk dibanggakan, tetapi untuk dilaksanakan hingga titik darah penghabisan.


Tetap semangat untuk mengabdi bagi kejayaan negeri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Iklan Disewakan

Laman