Oleh : Dede Farhan Aulawi
Dasar Pemikiran
Mutu pelayanan rumah sakit mencerminkan kemampuan rumah sakit memberikan pelayanan aman, efektif, berorientasi pasien, tepat waktu, efisien, dan adil. Peningkatan mutu bukan hanya kewajiban regulasi (Permenkes, akreditasi KARS/JCI), tetapi juga kebutuhan untuk meningkatkan kepuasan pasien dan daya saing fasilitas kesehatan.
*Prinsip Dasar Mutu Pelayanan Rumah Sakit*
- Keselamatan pasien (patient safety) sebagai prioritas utama.
- Berorientasi pada pasien (patient-centered care).
- Berbasis bukti (evidence-based practice).
- Perbaikan berkelanjutan (continuous quality improvement / CQI).
- Manajemen risiko yang sistematis.
- Transparansi dan akuntabilitas.
*Pilar Strategi Peningkatan Mutu*
A. Penguatan Tata Kelola dan Leadership
- Komitmen Direksi dan pimpinan unit terhadap mutu.
- Pembentukan Komite Mutu dan keselamatan pasien yang aktif.
- Penyediaan anggaran, SDM, dan infrastruktur mutu.
- Penetapan indikator mutu klinis dan manajemen.
B. Peningkatan Kompetensi SDM Kesehatan
- Pelatihan rutin: keselamatan pasien, komunikasi efektif (SBAR), PPI, K3RS, pelayanan prima.
- Sertifikasi kompetensi dan kredensial tenaga medis.
- Mendorong budaya belajar dan pelaporan insiden yang non-punitive.
C. Standardisasi Proses dan Alur Pelayanan
- Penyusunan dan revisi SOP berbasis evidence.
- Clinical Pathway untuk kasus-kasus prioritas.
- Triage dan manajemen alur pelayanan IGD.
- Penerapan standar waktu tunggu (admission, laboratorium, radiologi, operasi).
D. Penerapan Sistem Keselamatan Pasien
Strategi ini mencakup :
- Identifikasi pasien dengan benar
- Meningkatkan komunikasi efektif
- Peningkatan keamanan obat
- Prosedur bedah aman
- Pencegahan infeksi (PPI)
- Pencegahan risiko jatuh
- Pelaporan dan analisis KTD, KNC, KTC dan pembelajaran.
E. Optimalisasi Teknologi Informasi Kesehatan
- Penerapan SIMRS terintegrasi.
- Digitalisasi rekam medis (EHR).
- Dashboard indikator mutu real-time.
- Sistem antrian digital dan telemedicine.
F. Penguatan Manajemen Risiko Rumah Sakit
- Identifikasi hazard dan risiko klinis/non-klinis.
- Risk register dan risk assessment tiap unit.
- Mitigasi dan monitoring risiko prioritas (PPI, kebakaran, obat, radiologi, dll).
G. Peningkatan Kepuasan Pelanggan
- Survei kepuasan pasien dan keluarga secara periodik.
- Keluhan ditangani dengan cepat dan sistematis.
- Perbaikan fasilitas kenyamanan: area tunggu, signage, hygiene, aksesibilitas.
H. Pengelolaan Mutu Berbasis Data (Data-Driven Quality)
- Pengumpulan data mutu secara konsisten.
- Analisis tren indikator mutu (BOR, LOS, ILO, BTO, IKP, MR, infeksi nosokomial).
- Audit klinis dan audit medis.
- Benchmarking internal dan eksternal.
- Program-Program Mutu Prioritas
- Program keselamatan pasien (Patient Safety Goal).
- Program Pencegahan & Pengendalian Infeksi (PPI).
- Program hand hygiene 5 momen WHO.
- Zero tolerance terhadap HAIs (infeksi terkait pelayanan kesehatan).
- Program peningkatan pelayanan IGD (fast track & triage).
- Program Hospital Without Wall (telemedicine & home care).
- Program HEMS (Human Error Management System).
*Siklus Perbaikan Mutu*
Rumah sakit dapat menggunakan model :
A. PDCA (Plan–Do–Check–Act)
- Plan: identifikasi masalah, tetapkan rencana
- Do: implementasi
- Check: evaluasi hasil
- Act: standardisasi & perbaikan lanjutan
B. RCA (Root Cause Analysis)
Digunakan untuk investigasi insiden.
C. FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)
Digunakan untuk analisis risiko prospektif.
*Indikator-Indikator Mutu Rumah Sakit*
A. Indikator Mutu Nasional (Kemenkes)
Contoh:
- Waktu tunggu IGD
- Waktu tanggap operasi emergensi
- Kepatuhan identifikasi pasien
- Kepatuhan cuci tangan
- Nilai kepuasan pasien
- BOR, LOS, TOI, BTO
B. Indikator Mutu Klinis
- Mortalitas rumah sakit
- Readmission 30 hari
- Kejadian infeksi VAP, HAP, UTI, ILO, SSI
C. Indikator Mutu Manajemen
- Efisiensi penggunaan tempat tidur
- Pengelolaan limbah medis
- Ketersediaan obat (stock-out)
- Respons time komplain
*Budaya Mutu dan Keselamatan*
Mutu hanya bisa tercapai jika rumah sakit memiliki budaya :
- Transparan
- Tidak menyalahkan (no blame culture)
- Berorientasi tim
- Seluruh staf berani melaporkan insiden
- Komunikasi efektif vertikal dan horizontal
Jadi, peningkatan mutu pelayanan rumah sakit adalah proses berkelanjutan yang membutuhkan komitmen seluruh unsur rumah sakit: pimpinan, tenaga medis, perawat, penunjang, dan administrasi. Dengan strategi yang tepat, rumah sakit dapat meningkatkan keselamatan pasien, kepuasan masyarakat, efisiensi operasional, dan daya saing layanan kesehatan.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar