Potret Perempuan Generasi Milenial - bregasnews.com - Koran Online Referensi Berita Pantura

Breaking

Home Top Ad

Post Top Ad

Kamis, 18 Januari 2018

Potret Perempuan Generasi Milenial

 

Oleh:

Siti Zulaeka

(Mahasiswa Universitas Perdaban Bumiayu)
Bregasnews.com - Diawali dengan mencuatnya tokoh perempuan dari partai politik, merupakan sudah tidak asing di abad ke-20 ini, karena abad 20 memberikan banyak peluang kemungkinan-kemungkinan, salah satunya pasar bebas dimana semua masyarakat mampu memanjakan diri dengan teknologi. Misal, online shop, gober, deliveri order dan masih banyak alat canggih lainnya.

Kita kenal dengan presiden Republik Indonesia tahun 2000-2004 yaitu ibu megawati Soekarno, yang merupakan sosok perempuan yang mampu menjadi pemimpin bagi negara, dengan latar belakang tersebut lahirlah pemikiran-pemikiran dari partai politik untuk memunculkan tokoh perempuan, selain itu dalam jajaran kabinet-kabinet negara terdapat beberpa bidang yang diduduki oleh perempuan. Seperti, Sri Mulyani Indrawati (Menteri Keungan Indonesia), Mari Elka Pangestu (menteri Perdagangan Indonesia), Siti Fadilah (Menteri Kesehatan Indonesia), Khafifah Indar Parawan (Politisi), Idza Priyanti (Bupati Brebes), dan masih banyak tokoh perempuan yang mempunyai hasrat menjadi pemimpin.

Dengan lahirnya para tokoh-tokoh perempuan tak jauh dari sejarah Raden Ajeng Kartini, atau akrab  disapa ibukita Kartini, beliau merupakan tokoh pahlawan nasional yang namanya masih harum semerbak hingga saat ini, dengan jiwa antusiasme mereka terhadap sosok Kartini setiap tahunnya Indonesia memperingati tanggal 21 April sebagai hari kelahiran Kartini, peringatan ini dilakukan dengan berbagai acara yang berbeda disetiap daerah. Ada yang membuat kaenaval, atau fashion show baju daerah,  mengadakan lomba-lomba lain yang berkaitan dengan semangat juang Kartini. Sudah sangat perlu sebagai perempuan harus mengerti tentang sejarah ibu kartini yang telah menyelamtatkan perempuan dari adat yang mungkin akan merendahkan martabat seorang perempuan.

Raden Ajeng Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879, ayahnya bernama Raden Mas Adipati Ario sosroningrat yang merupakan bupati jepara saat itu. Sementara ibunya bernama M.A Ngasirah yang juga merupakan keturunan dari tokoh agama di jepara yang dosegani saat itu, Kyai H. Madirono. Karena terlahir sebagai anak bupati, tentu hidup kartini tercukupi secara material. Kartini bahkna menyelesaikan sekolah dio ELS (Europose Lagere School), yang padahal pada masa itu anak-anak seusia Kartini tidak bisa bersekolah, namun tak sempat umur yang tua Kartini meninggal dunia, saat itu Kartini sedang melahirkan anak pertamanya di umur 24 tahun tepatnya pada 17 september 1904.

Setelah kartini meninggal, barulah pemikiran-pemikiran kartini tentang perempuan di Indonesia mulai banyak menjadi pembicaraan. J.H.  Abendanon yang ketika itu menjabat sebagai menteri kebudayaan, agama dan kerajinan hindia belanda mulai mengumpulkan surat-surat yang pernah ditulis oleh R.A Kartini ketika ia aktif melakukan korespondensi dengan teman-teman yang berada di Eropa. Akhirnya disusunlah buku yang awalnya berjudul “Door Duisternis tot Licht” yang kemudian diterjemahkan dengan judul “Dari Kegelapan Menuju Cahaya” yang terbit pada tahun 1991. Namun buku tersebut lebih dikenal dengan judul “ Habis Gekap Terbitlah Terang” dalam buku tersebut Kartini juga menulis tentang bagiaman seharusnya perempuan, perempuan bukan hanya menjadi pembantu dalam sebuah rumah tangga, namun perempuan harus cerdas karena perempuan akan menajdi ibu bagi anak-anaknya dan menjadi istri dari suaminya, benar-benar perjuangan Kartini terhadap emansipasi wanita, dari buku tersebut berdirilah sebuah sekolahan di semarang, yang hanya menerima murid perempuan saja.

Khusus untuk perempuan sudahkah kalian mencontoh perjuangan beliau?, yang memang memperjuangkan hak-haknya sebagai perempuan. Namun di abad yang ke-20 dimana lahir generasi-generasi milenial, para perempuan semakin dimanjakan dengan alat teknologi, perempuan hanya menjadi konsumen bagi produk industri, bahkan perempuna generasi milenial takut dengan panasnya sinar matahati, capek ketika harus seharian bekerja, dan gengsi terhadap fisik yang mungkin kurang memungkinkan disebut perempuan. Imam AL-Ghazali mengemukakan , “ jadilah perempuan yang menginspirasi, bukan perempuan yang suka dipuji, bukan pula wanita yang menebar sensasi, dan bukan pula perempuan yang sibuk mempercantik diri”. Kenyataanya digenerasi milenial ini sangat bertolak belakang dengan penyampaian dari Imam Al-Ghazali, generasi milenial lebih mementingkan diri sendiri dengan mempercantik diri agar dipuji dan mampu menyeb arkan sensasi, kata kunci pertama adalah cantik.

Persepsi cantik sendiri dibentuk oleh industri kecantikan agar produk mereka laku di pasaran. Bagi  orang indonesia cantik adalah orang yang berkulit putih, hidung yang mancung, bibir yang seksi, bentuk wajah yang sempurna, tinggi semampai dan berambut lurus. Dengan perspektif seperti itu maka produk-produk pemutih berjamuran beredar di pasaran, kadang konsumen mengabaikan keamanan produk itu sendiri berbahaya atau tidak. Selain itu dalam media massa juga sering terjadi penculikan atau penipuan di karenakan alat teknologi yang canggih dengan bisa mengubah wajah perempuan menjadi cantik. Pergeseran ini banyak dipengaruhi oleh keberadaan arus globalisasi dan juga media masa yang membuat menjamunya budaya konsumerisme. Cantik merupakan sifat relatif karena ,cantik itu merupakan sebuah sifat yang tentu dari  pendapat satu orang dan lainnya sangat berbeda. Tidak harus yang berkulit putih, bertubuh langsing dengan tinggi semampai yang dinamai cantik, namun cantik akhlaknya, cantik perkataannya, dan sebagainya.

Sangat disayangkan seorang perempuan hanya mempersibuk untuk kecantikan dirinya, yang padahal sebenarnya buat konsumen para industri-industri kecantikan, generasi milenial ini seharusnya menjadi bekal para perempuan bahwa perempuan tidak bisa dibohongi dengan adanya produk-produk dari industri kecantikan yang segala pembuatannya menggunakan alat teknologi, dalam generasi milenial ini perempuan harus mampu menjaga diri sendiri agar tidak adanya kasus-kasus, seperti kekerasan pada perempuan, dan lainnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Iklan Disewakan

Laman