Bregasnews.com - “ Setiap perkembangan zaman pada akhirnya akan bermuara pada pertarungan kepentingan dengan memanfaatkan setiap instrumen kemajuan untuk kepentingan masing – masing. Ketika tensi politik pihak yang satu mulai bergesekan dengan pihak yang lainnya, ada yang mampu menyelesaian melalui komunikasi persuasif sehingga menempuh jalan diplomasi dalam penyelesaiannya. Ada juga yang tidak mampu melalui jalan diplomasi, sehingga peperangan dianggap sebagai satu – satunya jalan penyelesaian. Fakta ini bisa dilihat oleh siapapun dalam setiap periode zamannya masing – masing “, ungkap Pemerhati Media Dede Farhan Aulawi di Bandung, Senin (26/2).
Menurutnya, media online yang sedang tumbuh dengan pesat saat ini menjadi salah satu tools yang sering dipakai sebagai alat propaganda yang paling ampuh, karena dapat diakses di mana saja dan kapan saja, serta dianggap mampu untuk mewakili media lain karena sudah memiliki teks, audio visual, dan mampu untuk melakukan live streaming seperti dalam televisi atau radio.
“ Perlu diketahui bahwa berbagai perkembangan bentuk media massa, terus berkembang seiring dengan pemanfaatan teknologi yang tumbuh di zamannya. Setiap model media terbaru tersebut cenderung merupakan evolusi dari model-model terdahulu. Dalam konteks ini, internet adalah salah satunya. Dengan semakin menjamurnya penggunaan internet dan didukung dengan kemajuan di bidang teknologi informasi dan telekomunikasi, terjadilah pemekaran (konvergensi) dari media-media yang sudah ada sebelumnya “, imbuh Dede.
Selanjutnya Dede menambahkan bahwa dalam hubungan antar negara pun kegiatan propaganda sangat lazim dipraktikkan, meskipun kadang-kadang dilakukan secara tersamar atau tidak diakui sebagai kegiatan propaganda. Propaganda adalah upaya sengaja dan sistematis dengan memanfaatkan media komunikasi untuk mempengaruhi publik agar bereaksi sesuai dengan yang diinginkan sang propagandis. Inilah yang sering terlihat pada pemberitaan media tentang ‘isu tertentu’ yang dikemas untuk mempengaruhi opini publik. Pada dasarnya etika dalam pemberitaan media selalu dituntut untuk berimbang atau tidak memihak (cover both sides) agar informasi yang diterima sebagaimana adanya tanpa menggiring masyarakat pada opini tertentu. Namun, sebagai instrumen propaganda, aspek etika kadangkala diabaikan untuk mencapai ‘target kepentingan’.
Kemudian mungkin timbul suatu pertanyaan, bagaimana membuat suatu analisis apakah dalam pemberitaan atau publikasi media tertentu memuat fakta objektif ataukah subjektif kepentingan alias propaganda ? Salah satu metode yang bisa dipakai adalah menggunakan metode analisis isi (content analysis). Analisis isia dalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi yang dilakukan secara objektif dan identifikasi sistematis dari karakteristik pesan. Dalam hal ini, karakteristik pesan yang identifikasi merupakan karakteristikyang manifest (tampak) secara kasat mata.
Dalam hal ini ada analisis isi propaganda berdasarkan indikator NAME CALLING (tekstual dan visual), indikator TESTIMONY (statement), dan indikator CARD STACKING (judul berita dan isi berita). Dari ketiga indikator tersebut, akan diidentifikasi kalimat atau paragraf yang dinilai memuat PROPAGANDA PUTIH (pemberian label positif atau bersifat baik), PROPAGANDA HITAM (pemberian label negatif atau bersifat buruk), dan NETRAL (tidak ada pemberian label baik atau buruk). Selanjutnya bisa ditarik sebuah kesimpulan terhadap kemungkinan adanya pemberitaan yang bersifat propaganda atau tidak.
“ Oleh karena itu, perlu untuk selalu saling mengingatkan kepada para awak media agar dapat terus menyebarkan berita yang berimbang ataupun tidak memihak (cover both side) dalam pemberitaan. Disamping itu kepada masyarakat dan pembaca, agar lebih selektif dan objektif dalam menyaring informasi dan berita. Pilihlah berita yang dapat memberikan manfaat. Hindari berita yang tidak melihat dari dua sisi, atau menitik beratkan suatu pihak “, pungkas Dede mengakhiri percakapan.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar