Oleh : Dede Farhan Aulawi (Pemerhati Pertahanan dan Keamanan Negara)
Bregasnews.com - Peperangan antara Rusia dan Ukraina sampai hari ini masih terus berjalan. Masing – masing pihak tentu saja melakukan strategi pertempuran, persenjataan, dan propaganda media dengan caranya masing – masing untuk memenangkan pertempuran di lapangan maupun pertempuran opini masyarakat dunia. Di samping itu tentu saja ada perang urat syaraf alias perang psikologis untuk saling menjatuhkan mental pasukan lawan maupun mental masyarakat sipil dari masing – masing negara yang bertikai.
Terlepas dari akar permasalahan yang tentu saja sangat ‘debatable’ karena sangat tergantung dari sudut pandang dan kepentingan masing – masing, tetapi ‘rasa kemanusian’ yang bersifat universal tentu akan terusik dan berharap pertempuran bisa segera dihentikan, dan kemudian masuk ke meja perundingan untuk mencapai titik kesepakatan. Jika sebelumnya kesepakatan tidak bisa dicapai karena ‘ego’, ‘harga diri’ dan ‘kepentingan nasional’ masing – masing, maka setelah korban berjatuhan termasuk hancurnya aset dan infrastruktur publik, maka seyogyanya ‘ego’ dan ‘harga diri’ agak dikesampingkan.
Pada kesempatan ini, perkenankan saya mencoba menguraikan tentang “Senjata / Bom Termobarik” yang semakin mengemuka dan menjadi perbincangan publik. Sebagian masyarakat mungkin baru mengenalnya dan seolah – olah senjata ini baru digunakan dalam peperangan antara Rusia dan Ukraina saat ini. Meskipun sebenarnya dalam catatan sejarah bahwa senjata ini pernah digunakan pada saat perang Vietnam, maupun saat AS menyerang al Qaeda di pegunungan Afghanistan. Uni Soviet menggunakan senjata ini juga selama perang di Afghanistan pada 1979.
Saat ini bom termobarik atau disebut juga bom vakum dianggap sebagai senjata yang paling mematikan yang dimiliki oleh Rusia, karena dinilai sangat berbahaya apabila dilemparkan ke ruang tertutup seperti bunker. Oleh sebab itu sebagian orang menyebutnya “Bapak Segala Bom” atau “Father of All Boms” karena mampu menghasilkan ledakan setara 44 ton bom. Tentu saja kekuatan bom ini merupakan ledakan terbesar dari senjata non-nuklir.
Perlu diketahui bahwa istilah termobarik berasal dari kata Yunani untuk 'panas' dan 'tekanan'. Istilah lain yang digunakan adalah senjata termobarik impuls tinggi, senjata panas dan tekanan, bom vakum, dan bahan peledak udara-bahan bakar. Bahan peledak termobarik menerapkan prinsip -prinsip yang mendasari ledakan awan uap tak terbatas, yang mencakup ledakan dari dispersi debu dan tetesan yang mudah terbakar. Gelombang ledakan mampu membangunkan orang sekitar 150 kilometer (93 mil) dari pusatnya . Daya ledak termobarik terbilang sangat dahsyat, yakni menghasilkan awan plasma yang mencapai suhu antara 2.500-3000 Celcius, dan menciptakan ledakan suhu tinggi yang lebih lama dari bom biasanya, serta mengeluarkan zat berbahaya etilen oksida. Etilen oksida adalah gas yang digunakan sebagai bahan sterilisasi yang memiliki senyawa sangat beracun jika mengenai tubuh manusia. Korban yang terpapar zat ini bisa mengalami kulit terbakar serta mengalami gangguan pada paru-paru dan pencernaan.
Bagian tengah dari bom jenis ini memiliki "muatan hamburan" eksplosif konvensional dengan bahan bakar eksotermisitas oksidasi. Perkembangan terbaru melibatkan penggunaan bahan bakar nano. Bahan bakar super panas akan menyala secara otomatis saat bersentuhan dengan oksigen atmosfer. Pembakaran terus-menerus dari lapisan luar molekul bahan bakar, saat mereka bersentuhan dengan udara, menghasilkan panas tambahan yang mempertahankan suhu bagian dalam bola api, dan dengan demikian menopang detonasi yang dimilikinya. Kerusakan lebih lanjut dapat terjadi karena gas mendingin dan tekanan turun tajam, menyebabkan vakum parsial. Efek penghalusan ini telah memunculkan istilah "bom vakum". Bom vakum atau senjata termobarik merupakan senjata yang dapat mengisap oksigen dari udara sekitar untuk menghasilkan ledakan suhu tinggi. Ledakan bom termobarik biasanya menghasilkan gelombang ledakan dengan durasi yang jauh lebih lama daripada ledakan konvensional dan mampu menguapkan tubuh manusia.
Kemudian jika kita kembali pada peperangan antara Rusia dan Ukraina saat ini, timbul pertanyaan apakah Rusia telah menggunakan bom andalannya tersebut kepada pihak Ukraina ? Dalam konteks ini seperti biasanya dalam peperangan, selalu terjadi saling “menuduh’ dan “saling menyangkal” sebagai bagian dari strategi yang tak terpisahkan untuk menarik simpati masyarakat dunia. Hal ini terbukti dimana pihak Ukranina mengatakan bahwa Rusia menggunakan bom Termobarik dalam invasinya, sebagaimana disampaikan oleh Duta besar Ukraina untuk Amerika Serikat (AS) Oksana Markarova.
Efek dahsyat dari senjata ini tidak saja mampu menghancurkan objek yang menjadi target pengeboman, tetapi juga mampu merontokan mental lawan karena daya rusaknya dalam menghancurkan formasi pertahanan. Bom termobarik memiliki teknologi yang mampu menyedot oksigen di sekitarnya sebagai energi untuk menghasilkan daya ledak yang dahsyat, sehingga menciptakan ruang hampa dan menyedot udara keluar dari paru-paru manusia.
Di lain sisi, sebenarnya Ukraina juga sudah menggunakan berbagai persenjataan modern yang dipasok dari berbagai negara yang membantunya, baik AS maupun negara – negara lain yang tergabung dalam NATO. Contoh persenjataan tersebut adalah 300 rudal antitank Javelin yang mampu menembus kulit baja sebuah tank. Rudal antitank portabel Javelin diproduksi oleh perusahaan patungan (JV) Raytheon dan Lockheed Martin Javelin. Ia dikembangkan untuk menggantikan M47 Dragon milik AS. Namun M47 Dragon tidak cukup untuk mengalahkan tank tempur yang dilapisi besi baja tebal. Sehingga AS mengembangkan peluru kendali antitank baru untuk menggantikannya, yaitu Javelin. Rudal jenis ini terbilang sangat mahal, yaitu seharga US $80 ribu atau senilai Rp. 1,1 miliar per buahnya.
Selain Javelin, AS juga menyuplai rudal penangkal serangan udara bernama Stinger, yaitu sistem pertahanan udara yang ringan dan dapat digunakan secara cepat oleh pasukan darat. Rudal Stinger juga dinilai sangat akurat, karena menggunakan sinar inframerah untuk mengunci panas di bagian mesin target. Rudal Stinger-Reprogrammable Microprocessor (RMP) sehingga memiliki tingkat keberhasilan lebih dari 90 persen dalam uji keandalannya. Tidak hanya dapat menjatuhkan pesawat tempur, melainkan juga pesawat tak berawak.
Perlu juga diketahui bahwa hukum internasional tidak melarang penggunaan amunisi termobarik, alat peledak bahan bakar-udara, atau bom vakum terhadap sasaran militer. Namun tidak boleh digunakan terhadap penduduk sipil karena dilarang oleh Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Senjata Konvensional Tertentu (CCW). Jadi jika serangan ditujukan kepada masyarakat sipil, maka negara itu dapat dihukum karena termasuk kejahatan perang.
Demikian sedikit ulasan dan pandangan terkait penggunaan senjata dalam peperangan antara Rusia dan Ukraina. Semoga bermanfaat dalam menambah pengetahuan dan wawasan guna membantu sumbangsih pemikiran untuk memperkuat sistem, teknologi dan strategi pertahanan negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar