Bregasnews.com - “ Special Care Dentistry (SCD) pada dasarnya merupakan suatu treatment yang dilakukan dalam menangani pasien berkebutuhan khusus dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Special Care Dentistry terkait dengan ‘The improvement of oral health of individuals and groups in society who have a physical, sensory, intellectual, mental, medical, emotional or social impairment or disability or, more often, a combination of a number of these factors. Dengan demikian, cakupannya meliputi gerodontologi, mediko-kompromais dan populasi berkebutuhan khusus “, ujar Dede Farhan Aulawi di Bandung, Rabu (14/12).
Hal tersebut ia sampaikan dalam obrolan santai di kediamannya, setelah sebelumnya menghadiri undangan peresmian fasilitas Pusat Pelayanan Pasien Berkebutuhan Khusus (Special Care Dentistry Center) di komplek RSGM FKG Unpad, Jalan Sekeloa Selatan, kota Bandung. Ia sendiri diundang sebagai salah satu pakar bidang hypnosis yang mana ilmu tersebut saat ini sudah diterapkan dalam praktek pengobatan gigi yang dikenal dengan istilah Hipnodontik atau Hipnodontia. Hipnodontia merupakan suatu praktik di dalam kedokteran gigi yang memanfaatkan prosedur dan teknik komunikasi hipnosis untuk mendukung dan memudahkan praktik perawatan gigi pada pasien. Para dokter gigi tidak hanya dituntut untuk mahir dalam melakukan tindakan medis terkait, tetapi juga perlu mahir dalam melakukan komunikasi interpersonal yang bersifat persuasif dan sugestif.
Menurutnya pasien yang membutuhkan SCD disebut sebagai pasien dengan special needs yang dapat dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu (1) Individu yang mengalami kecacatan karena gangguan fungsi dan / atau struktur jaringan mulut, atau mengalami keterbatasan dalam aktivitas dan / atau partisipasinya secara langsung berdasarkan status kesehatan mulutnya, (2) Individu dengan kondisi yang berdampak langsung atau tidak langsung pada kesehatan gigi dan mulutnya, (3) Individu yang cacat dalam konteks sosial, lingkungan atau budaya, yang tercermin pada kesehatan mulut dan giginya.
Selanjutnya ia juga menjelaskan bahwa dalam praktek empirik, pasien yang akan ditangani oleh drg tidak selamanya pasien sehat, bahkan dengan melihat kenyataan bahwa populasi lansia di seluruh dunia akan selalu meningkat termasuk di Indonesia, maka tidak menutup kemungkinan untuk yang akan datang drg akan lebih banyak menghadapi pasien dengan special needs (pasien lansia, pasien dengan kondisi medik-kompromais, dan pasien berkebutuhan khusus). Perawatan bagi pasien special needs memerlukan kepedulian dengan pendekatan profesional, sehingga dalam penatalaksanaan pasien special needs seorang drg tidak dapat bekerja sendiri namun perlu kolaborasi dengan profesi kesehatan lainnya. Pemeriksaan, penegakan diagnosis, perencanaan perawatan, dan penatalaksanaannya memerlukan penggunaan sumber daya khusus, teknik, dan strategi spesifik.
Pada kesempatan tersebut Dede juga sangat mengapresiasi Dekan FKG Unpad Dr. Dudi Aripin, drg., Sp.KG(K) yang telah melakukan berbagai terobosan inovatif dalam menjawab kebutuhan masyarakat, sehingga Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran memiliki fasilitas baru bernama Pusat Pelayanan Pasien Berkebutuhan Khusus (Special Care Dentistry Center) tersebut. Dede berpandangan bahwa fasilitas baru tersebut sangat diperlukan untuk pendidikan dan pengembangan ilmu kedokteran gigi serta bagi masyarakat berkebutuhan khusus, baik masyarakat yang berada di Kota Bandung atau Jawa Barat pada umumnya. Ketersediaan fasilitas ini dapat meningkatkan kesehatan mulut dan gigi individu yang memiliki keterbatasan dan membutuhkan pelayanan khusus yang tidak bisa dilakukan secara konvensional. Jadi akan sangat membantu bagi mereka yang memiliki keterbatasan intelektual, mereka yang berisiko membuat kegaduhan (memiliki tingkat kegelisahan tinggi), mereka dengan keterbatasan fisik, mereka yang berisiko tersedak dan muntah, mereka dengan riwayat medis tertentu, hingga mereka yang memiliki kesulitan dalam menjaga rongga mulutnya.
Selain itu, Dede juga merasa bangga karena sebelumnya FKG Unpad telah mengenalkan konsep “Smart and Green Dentistry” dimana menggabungkan konsep “school of dentistry with excellent management to achieve best research and technology” dengan integrasi inovasi, produktivitas efektif dan efisien, serta mencegah polusi lingkungan di bidang kedokteran gigi. Konsep tersebut diimplementasikan melalui pemanfaatan beragam material dan teknologi mutakhir di bidang kedokteran gigi, misalnya teknologi replikasi virtual akurat jaringan rongga mulut dengan pemindaian tiga dimensi (digital impression), teknologi digital dalam prostodontik, rekonstruksi mandibula dengan operasi komputer, rekonstruksi cacat wajah dengan CAD, hingga penggunaan bahan aktif ramah lingkungan.
“ Sementara konsep green dentistry menggunakan pendekatan teknologi tinggi untuk mengurangi dampak lingkungan dari aktivitas kedokteran gigi, seperti manajemen limbah klinik gigi, teknologi yang menawarkan diagnosis dini, terapi pencegahan, dan pendidikan untuk melayani kebutuhan gaya hidup sehat, penggunaan material yang bisa didaur ulang, hingga eksplorasi tanaman obat untuk kesehatan gigi “, pungkas Dede menutup obrolan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar