Bregasnews.com - “ Bila merujuk pada UU No. 34 Tahun 2004 tentang TNI, dikatakan bahwa tugas TNI adalah melaksanakan tugas Operasi Militer untuk Perang dan Operasi Militer Selain Perang. Tugas tersebut dijabarkan oleh masing – masing matra (AD, AL dan AU) sesuai tupoksinya masing – masing melalui kegiatan pembinaan potensi wilayah (Binpotwil), baik pembinaan territorial (TNI AD), pembinaan potensi maritime (TNI AL), maupun pembinaan potensi Dirgantara (TNI AU), yang dalam teknisnya berupa operasi psikologi kemasyarakatan “, ungkap Pemerhati Hankam Dede Farhan Aulawi di Bandung, Minggu (18/2).
Hal tersebut ia sampaikan dalam obrolan santai terkait dengan pemahaman dan ruang lingkup operasi psikologi. Menurutnya, operasi psikologi dilakukan melalui penggunaan propaganda dan tindakan – tindakan psikologis lainnya untuk mempengaruhi opini, perasaan, sikap dan tingkah laku dari pihak lawan, pihak netral atau pihak bersahabat dalam rangka mendukung kebijaksanaan atau tercapainya sasaran suatu operasi militer. Jadi operasi Psikologi pada hakekatnya bersifat multidisiplin yaitu memanfaatkan berbagai macam pendekatan sehingga organisasi yang dibentuk tidak hanya diawaki oleh personil yang berlatar belakang pendidikan psikologi melainkan juga dilengkapi dengan personel yang memiliki keahlian di bidang lainnya, seperti antropologi, sosiologi, bintal, jurnalistik, dan sebagainya.
Namun demikian pada kenyataannya pelaksanaan Operasi Psikologi selama ini mungkin belum dapat dilaksanakan secara optimal, karena dalam pelaksanaannya, relatif masih sedikit prajurit yang memahami mengenai Operasi Psikologi dalam pemanfaatan tugas. Disamping itu perlu peningkatan sosialisasi buku petunjuk operasi tentang pelaksanaan operasi psikologi. Kemudian, adaptibilitas kurikulum pendidikan dan pelatihan prajurit yang mengikuti perubahan tuntutan lingkungan dan paradigma baru terhadap persepsi dan bentuk ancaman serta bentuk perang di masa kini dan masa yang akan datang yang sarat akan kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi dengan kemasan berpikir yang rasional dalam memanipulasi kondisi psikososial masyarakat.
Selanjutnya Dede juga menekankan pada pentingnya pembekalan Keterampilan Operasi Psikologi (Psychological Operations / PsyOps Skill) menjadi sangat penting bagi seluruh jajaran prajurit, khususnya para perwira karena dalam setiap melakukan tugas operasi, harus diketahui bahwa operasi adalah untuk memenangkan hati dan pikiran masyarakat. Apabila hati dan pikiran masyarakat sudah dimenangkan maka tidak akan mendapat kesulitan di daerah operasi. Justeru masyarakat akan membantu dan mendukung tugas TNI. Namun sebaliknya, jika masyarakat dikecewakan apalagi disakiti maka masyarakat akan resisten terhadap kehadiran pasukan TNI.
“ Untuk itulah dalam pendidikan ‘Military Contemporary Leadership’ salah satunya ditekankan kemampuan dalam operasi psikologi ini. Terlebih dinamika perubahan peradaban menyebabkan pergeseran paradigma, gaya, cara berfikir dan mindset masyarakat dalam berbagai hal, termasuk kolektifitas kesadaran dalam bela negara. Untuk itulah, Metode dan Teknik Operasi Psikologis harus benar – benar tersosialisasi dengan baik sehingga dipahami betul dalam setiap langkah operasi. Oleh karenanya tri matra TNI melaksanakan strategi pembinaan wilayah dan potensi kewilayahan lainnya. Seperti strategi perang Sun Tzu bahwa untuk memenangkan peperangan hendaknya memenangkan hati dan pikiran rakyat “, imbuh Dede.
Lebih lanjut Dede juga menguraikan bahwa dalam peperangan atau konflik bersenjata dikenal istilah “perang urat syaraf” yang tujuannya melemahkan tekad musuh untuk berperang. Dalam konteks ketentaraan terdapat kegiatan psikologis yang lebih sempit lagi dan berkaitan dengan kondisi pertempuran yang mana kegiatan tersebut kerap mendapat predikat sebagai “pelindung kekuatan” (force protector) atau “pengganda kekuatan tempur” (force multiplier), dan juga sebagai “senjata tak mematikan” (non-lethal weapon). Kegiatan psikologis yang dimaksud adalah “Operasi Psikologis” atau dalam bahasa Inggris disebut Psychological Operations (PsyOps).
Dalam dunia militer istilah Psychological Operations (PsyOps) digunakan untuk menggambarkan suatu upaya sistematis dan scientific merangkul hati dan pemikiran populasi yang menjadi sasaran dalam kerangka pasukan melakukan operasi militer atau bertahan secara aktif. Untuk Indonesia saat ini, operasi psikologi bisa diterapkan guna meningkatkan kohesi social dalam rangka mencegah kemungkinan terjadinya konflik di tengah masyarakat atau potensi disintegrasi.
“ Konsep seperti ini sebenarnya sudah diterapkan oleh militer di banyak negara. Bukan seja negara – negara besar seperti AS, Rusia, ataupun China, tetapi juga oleh militer negara – negara lainnya. Coba saja lihat MISO (Military Information Support Operations) AS yang direncanakan untuk beroperasi dalam mempengaruhi emosi, motif dan nalar ‘sasaran’. Fokusnya adalah untuk mendukung commander unit sehingga bisa memberikan perubahan pada populasi tertentu dan lingkungannya. MISO dapat mendukung operasi di medan pertempuran agar menjadi lebih mudah “, pungkas Dede.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar