Bregasnews.com - Berbicara sektor pariwisata, di samping objek wisata tentu juga ada cinderamata yang merupakan produk khas masyarakat setempat. Ada banyak jenis, cara membuat, bahan dan khasiat dari produk tersebut. Mulai dari sekedar estetika, sampai pada khasiatnya. Begitupun dalam rangkaian acara pelantikan dan pengukuhan DPW Genppari Jambi, Kamis (23/1) Ketua Umum Genppari Dede Farhan Aulawi mengapresiasi dan sangat mendukung kreativitas produk gelang dan topi bintang dari tumbuhan Resam yang dibuat oleh para pengrajin masyarakat Jambi.
Pada kesempatan tersebut Dede menjelaskan bahwa tumbuhan Resam atau paku andam (Dicranopteris linearis syn. Gleichenia linearis) merupakan jenis paku yang biasa tumbuh pada tebing-tebing di tepi jalan di pegunungan. Tumbuhan ini mudah dikenal karena peletakan daunnya yang menyirip berjajar dua dan tangkainya bercabang mendua (dikotom). Tanaman ini, termasuk Seduduk (Melastoma malabathricum) dan Tembesu (Fagraea fragrans) memiliki khasiat yang baik buat kesehatan sebagai obat Herbal
Pengrajin yang bernama Abdinur merupakan pencipta dan penemu aksesoris gelang kesehatan MJ. Dengan merrujuk pada warisan budaya dan hasil penelitian ilmiah, ternyata produk tanaman tersebut memiliki khasiat, seperti (1) mencegah dan menyembuhkan diare, (2) menambah stamina fisik, (3) menyembuhkan demam dan flu, (4) menyehatkan ginjal, paru – paru dan jantung, (5) mengatasi kesulitan tidur, (6) mencegah dan menyembuhkan asam urat, serta (7) menyembuhkan sakit pinggang.
Selanjutnya Dede juga menjelaskan bahwa produk cinderamata dari bahan tersebut ada yang berbentuk gelang, topi, atau kopiah tergantung pada pengrajinnya sendiri. Di samping sebagai asesoris, produk tersebut memiliki khasiat buat kesehatan, dan telah diwariskan dari generasi ke generasi. Tumbuhan ini merupakan jenis Pteridophyta (paku-pakuan/pakis) yang biasa tumbuh di tempat-tempat teduh, lembab, dan subur di daerah tropis dan subtropis. Nama latin spesies ini adalah Dicranopteris linearis. Biasanya resam dianggap sebagai tanaman liar dan pengganggu di habitatnya, tetapi saat ini banyak dimanfaatkan menjadi tanaman berkhasiat untuk pemecah bisul, infeksi saluran kencing, obat batuk dan obat luka memar.
“ GENPPARI sebagai lokomotif organisasi di bidang kepariwisataan tentu sangat mendukung berbagai upaya kreatif dari para pengrajin resam di Jambi ini. Apalagi bisa menjadi potensi kekayaan daerah serta dapat menjadi sumber pendapatan alternatif bagi masyarakat agar kehidupannya bisa lebih sejahtera lagi. Dari sesuatu yang tidak berguna menjadi produk yang bernilai guna “, ujar Dede.
Ke depan tentu jenis produknya bisa terus dikembangkan, misalnya tas, pas bunga, taplak meja, kursi atau meja, dan berbagai jenis kreatif lainnya. Hal ini sangat sejalan dan segaris dengan apa yang dicita-citakan oleh Genppari, yaitu merangsang kreativitas masyarakat untuk turut mendukung tumbuh berkembangnya sektor pariwisata beserta segenap atribut kepariwisataan lainnya.
Jika ditinjau dari aspek sejarah, sebenarnya tanaman ini sejak dulu sudah dimanfaatkan oleh masyarakat, misalnya tangkai daunnya dipakai sebagai pena, sehingga tidak heran jika saat ini tangkai resam sering digunakan untuk belajar menulis kaligrafi.
“ Jadi sejarah budaya bangsa Indonesia banyak yang luar biasa dan mungkin sebagian sudah tergerus oleh perubahan zaman. Untuk itulah GENPPARI lahir untuk menggali dan melestarikan warisan budaya yang luhur tersebut, apalagi diyakini memiliki khasiat buat kesehatan “, pungkas Dede saat bersiap – siap menuju bandara untuk kembali ke Jakarta.(tm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar