Oleh : Dede Farhan Aulawi (Ketua Umum DPP Prawita GENPPARI)
Bregasnews.com - Seluruh masyarakat dunia sudah tahu bahwa dalam situasi pandemi covid 19 saat ini, telah terjadi perubahan tatanan dunia baru. Perjalanan yang tidak terlalu penting diberlakukan pembatasan, bahkan sampai pada pembatasan sosial berskala mikro di tengah masyarakat. Semua ini tentu ditujukan untuk kepentingan masyarakat itu sendiri agar tidak terjadi penularan virus corona dan kemungkinan terjadinya kluster baru. Namun di saat yang bersamaan, pembatasan sosial ini tentu saja memiliki dampak yang tidak kecil terhadap perekonomian. Semua sektor sangat terpukul, dan salah satu sektor yang sangat merasakan dampak tersebut adalah sektor pariwisata. Padahal sektor pariwisata ini memiliki dampak besar pada sektor perekonomian masyarakat lainnya seperti perhotelan, restauran, pengusaha transportasi, travel agent, UMKM, dan lain – lain.
Selama pandemi masyarakat relatif terbatasi ruang geraknya, bahkan dianjurkan untuk tetap tinggal di rumah saja jika tidak ada kepentingan yang mendesak. Anjuran ini bagi mereka yang bekerja sebagai pegawai yang memperoleh penghasilan tetap bulanan mungkin bisa ditaati, tapi bagi mereka yang tidak memiliki penghasilan tetap justeru menjadi masalah yang serba dilematis. Akhirnya lahirlah kebijakan moderat yaitu masyarakat dipersilakan untuk tetap beraktivitas seperti biasanya, namun tetap harus memperhatikan protokol kesehatan, seperti pasker masker, jaga jarak, rajin cuci tangan pakai sabun, dan lain – lain.
Sementara itu bagi mereka yang suka bepergian untuk berwisata, masa pandemi covid 19 ini juga menjadikan mereka seperti terpenjara. Bukan hanya banyak aturan – aturan baru saja, melainkan juga ada kenaikan harga sebagai konsekuensi kebijakan jaga jarak sehingga transportasi dan penginapan juga meningkat. Meskipun tentu ada juga beberapa hotel atau penginapan yang banting harga karena tingkat hunian yang rendah.
Merujuk keterangan dari Dewan Perjalanan & Pariwisata Dunia (WTTC) yang mensurvei 3.000 orang yang suka bepergian, menemukan hampir 70% berencana untuk berlibur pada 2021. Euronews juga menyatakan hal yang sama, yaitu 70% orang sudah merencanakan perjalanan pada tahun 2021. Namun, tentu banyak juga yang “wait and see”, yaitu melihat perkembangan pandemi. Bukan saja berimplikasi pada resiko kesehatan, tetapi juga berdampak pada lama waktu yang diperlukan terutama terkait dengan adanya kebijakan karantina di beberapa negara.
Situsi seperti ini tentu menjadi tantangan bagi para pengusaha bidang kepariwisataan, baik terkait dengan penerapan protokol kesehatan di industri kepariwisataan, bagaimana menghilangkan biaya perubahan, dan memberi informasi terbaru kepada wisatawan tentang perubahan peraturan. Implementasinya terlihat dari contoh kebijakan yang diambil oleh maskapai penerbangan seperti United, Iberia, dan JetBlue yang menerapkan teknologi tanpa sentuhan saat check-in bagasi dan pistol elektrostatis yang menembakkan bubuk desinfektan di kabin untuk membersihkan semuanya, termasuk sandaran kepala dan sandaran tangan. Termasuk menghapus biaya perubahan untuk mendorong para calon wisatawan. Ada juga pembicaraan tentang paspor digital seperti sertifikat kesehatan yang diperbarui. Beberapa negara sudah mewajibkan bukti vaksinasi demam kuning, dan calon wisatawan mungkin memerlukan bukti internasional tentang vaksin COVID-19.
Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan dan tema pembicaraan ketika akan merencanakan sebuah perjalanan pada saat ini. Tema – tema pembahasan tersebut adalah :
- Kepastian, dimana menyoroti protokol kesehatan (CHSE) dan tetap up-to-date dengan berbagai peraturan pembatasan. Paspor Kesehatan Digital dan teknologi Tanpa Kontak sangat diperlukan
- Fleksibilitas, dimana maskapai penerbangan diharapkan menghilangkan biaya perubahan untuk membantu wisatawan merasa lebih nyaman dalam memesan tiket, misalnya jika tujuan yang diusulkan menjadi hot spot (zona merah covid), orang cenderung ingin menunggu atau memilih lokasi baru.
Secara khusus, tren perjalanan 2021 melahirkan konsep :
- Bleisure, yaitu perpaduan antara perjalanan bisnis dan liburan.
- Pemesanan Sendiri
- Teknologi Tanpa Kontak
- AI dan Asisten Virtual
- Pengujian COVID cepat dan informasi pembatasan masuk
Orang – orang yang memiliki rencana bepergian/ wisata untuk saat ini cenderung lebih berhati-hati. Menurut survei Allianz Travel, 49% orang Amerika akan merasa nyaman bepergian lagi setelah vaksin yang terbukti siap guna setelah mengikuti berbagai uji klinis. Pandemi telah membuat para calon wisatawan lebih sadar dan lebih peduli akan kesehatan. Dengan demikian tantangan bagi para pelaku usaha bidang kepariwisataan adalah menciptakan upaya – upaya untuk mengurangi kekhawatiran akan virus dan karantina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar