Bregasnews.com - “ Menapikan kemajuan teknologi merupakan sebuah keniscayaan, sebab fakta empiriknya membuktikan akselerasi teknologi telah berdampak pada berbagai bidang kehidupan, termasuk penerapannya di bidang pertahanan suatu negara. Beberapa contoh konkrit implementasinya bisa dilihat dari peperangan antara Rusia vs Ukraina, AS dan NATO. Dalam perang tersebut beberapa jenis senjata modern tampak mulai digunakan di medan pertempuran, meskipun belum menggambarkan potret yang sesungguhnya karena senjata pamungkas belum diperlihatkan. Namun hal ini menjadi bukti nyata untuk menunjukan sebuah realita bahwa pemanfaatan teknologi banyak juga dimanfaatkan di bidang pertahanan “, ujar Pemerhati Hankam Dede Farhan Aulawi di Bandung, Kamis (5/10).
Hal tersebut ia sampaikan dalam obrolan ringan di kediamannya yang senantiasa ramah menerima para tamu yang datang untuk sekedar berdiskusi nyantai multi tema sesuai dengan arah obrolan yang spontan. Bertepatan dengan HUT TNI yang ke 78 pada tanggal 5 Oktober 2023 ini, maka obrolan mengambil tema terkait Arah Kebijakan Strategi dan Teknologi Pertahanan. Menurutnya, penguasaan teknologi pertahanan saat ini sangat penting sekali, karena mampu meningkatkan keamanan dan pertahanan suatu negara. Di dalamnya otomatis juga akan bicara kompetensi dan profesionalitas para prajurit dalam pengoperasian berbagai persenjataan yang semakin canggih, terutama berbasis sistem kontrol digital.
Namun di sisi lain, Dede juga mengingatkan bahwa teknologi digital bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi dapat bernilai positif jika dioperasikan untuk tujuan yang mulia, tetapi juga bernilai negatif jika jatuh ke tangan orang yang salah. Implementasi teknologi digital dalam sistem senjata dapat memperbarui sistem senjata yang berfungsi dengan manual menjadi otomatis. Prototipe yang akan atau sedang dikembangkan misalnya robot, tank, senapan, kapal perang, pesawat taktis, panser ampibi, dan banyak lagi senjata modern lainnya. Tidak berhenti sampai di satu titik, tetapi inovasi – inovasi baru terus dilakukan sesuai dengan kemampuan untuk merespon setiap potensi ancaman.
“ Sampai saat ini, ada banyak inovasi di bidang pertahanan yang memanfaatkan disrupsi teknologi berupa Robotics, Quantum Computing, Defence Internet of Things (IoT), Autonomy in Defence, Big Data Analytics, Blockchain Technology, Artificial Intelligence, Future Advanced Nanotech Materials, Additive Manufacturing dan Next Gen Sequencing. Selain itu, ada juga beberapa produk inovasi hasil pengintegrasian dan pemrosesan data menggunakan S&T Ecosystem Analysis Model (STEAM) “, tambah Dede.
Hal tersebut juga akan terus berubah dan semakin canggih lagi seiring fase dunia memasuki revolusi Industri 4.0 yang dapat memperluas dimensi pertempuran dari darat, laut, dan udara ke dimensi ruang angkasa dan ruang siber. Termasuk aplikasi nanoteknologi dalam peralihan sistem senjata seperti pesawat tanpa awak dengan ukuran kecil tetapi memiliki kekuatan destruktif yang luar biasa. Untuk itu maka wajar jika arah kebijakan strategi dan teknologi pertahanan akan bermuara pada pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence), himpunan data dalam jumlah besar (big data), machine learning, sistem otomatis, dan teknologi robot untuk kepentingan pertahanan negara guna mendukung terselenggaranya konsep Network Centric Warfare (NCW) atau peperangan jaringan-sentris yang berbasis pada konektivitas jaringan komunikasi dan data.
Potensi perang dalam era disrupsi teknologi tidak dapat diprediksi dan terus berkembang. Segala kemungkinan bisa saja terjadi, meskipun tentu berharap agar semua selalu dalam kondisi yang aman dan damai. Tetapi patut diingat juga untuk tidak under estimate sehingga salah dalam membuat kalkulasi. Ambiguitas antara konvensional dan non-konvensional meningkatkan ancaman hibrida dan perang proksi yang memanfaatkan dunia maya atau siber untuk melancarkan serangan-serangan strategis terhadap berbagai infrastruktur khususnya pada wilayah yang memiliki tingkat integrasi data yang tinggi.
Saat ini, medan perang telah berevolusi dari penggunaan kekuatan militer ke perang asimetris dengan mengandalkan kemajuan dan kecerdasan teknologi. Meningkatnya arus informasi global melalui internet, penggunaan satelit kecil, drone, ponsel, kamera video, konektivitas broadband dan lain sebagainya dapat menghasilkan lebih banyak kompleksitas dalam medan perang modern. Perkembangan teknologi tersebut membuka jalan terjadinya perang di dunia maya, peretasan dan manipulasi sistem pertahanan melalui penyebaran propaganda, narasi dan visual untuk melemahkan psikologi lawan dan sekaligus membangun jiwa patriotisme internal sebagai instrumen utama dalam mencapai tujuan perang.
“ Sesuai dengan perkembangan keadaan di tengah era kompetisi kekuatan militer dunia, maka transformasi persenjataan dari manual ke teknologi modern harus terus dilakukan agar mampu menghadirkan kekuatan besar bagi TNI di usianya yang sudah sangat matang yaitu usia ke 78. Jangan terlalu bangga agar kita tidak terlena, dan jangan terlalu minder agar kita tidak keder. Terus berusaha dengan semangat optimisme, jiwa patriot dan integritas guna melahirkan prajurit profesional kebanggan bangsa dan negara. Tetap bersatu dengan rakyat, karena TNI adalah anak kandung rakyat “, pungkas Dede dengan semangat patriotik untuk NKRI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar