Prawita GENPPARI Diskusi Rencana Pembuatan Film Kepariwisataan di Amore Cafe Sumedang - bregasnews.com - Koran Online Referensi Berita Pantura

Breaking

Home Top Ad

Post Top Ad

Senin, 09 Oktober 2023

Prawita GENPPARI Diskusi Rencana Pembuatan Film Kepariwisataan di Amore Cafe Sumedang



Bregasnews.com - “ Salah satu hal terpenting dalam pengembangan desa wisata adalah promosi untuk mengenalkan dan sekaligus meningkatkan kunjungan wisatawan ke desa tersebut. Hal ini yang belum banyak dipahami oleh para pegiat wisata sehingga targetnya baru sebatas memperoleh SK Desa Wisata atau sekedar meraih Anugerah Desa Wisata saja. Akhirnya tidak sedikit desa wisata yang gulung tikar karena tidak ada pemasukan akibat minimnya tingkat kunjungan wisatawan. Bahkan ketika Pusdiklat Prawita GENPPARI menggelar pelatihan ‘Tourism Marketing Strategy’ atau ‘Strategi Pemasaran Pariwisata’ jumlah peminatnya sangat sedikit, karena minimnya pemahaman terkait kepariwisataan “, ujar Ketum DPP Prawita GENPPARI Dede Farhan Aulawi di Sumedang, Sabtu (7/10).


Hal tersebut ia sampaikan saat berdiskusi tentang rencana pembuatan film sebagai sarana promosi kepariwisataan di kabupaten Sumedang. Konsep film-nya sudah ada, tinggal mengintegrasikan dengan berbagai persyaratan promosi lainnya. Diskusi film ini dilakukan di Amore Beach Heritage Cafe yaitu sebuah kafe yang dibangun dengan nuansa pantai yang unik dan berlokasi di Kota Sumedang. Tepatnya beralamat di Jalan Raden Sadikin No. 35 Kelurahan Kotakulon Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang. 


Nuansa pantai di kafe ini semakin kentara dengan adanya hamparan pasir pantai asli. Bahkan ketika masuk ke kawasan kafe ini, pengunjung akan disuguhi hamparan pasir putih ditambah dengan lampu led yang menyala bagaikan api yang berkobar-kobar. Penampakan suasana pantai semakin kental dengan adanya peralatan untuk surfing atau berselancar dan ban untuk berenang. Bagi yang membawa anak, di sini juga ada tempat bermain anak-anak di atas hamparan pasir putih. Juga ada panggung pertunjukan yang menyajikan alat musik band yang siap dimainkan untuk meramaikan suasana di kafe ini. 


Pada kesempatan ini, Dede menjelaskan terkait film dan pariwisata di masa revolusi industri 4.0 saat ini memiliki positioning yang strategis dalam memimpin segmen pasar wisata. Bahkan penelitian Hudson (2005) membuktikan bahwa film dan arus kunjungan wisatawan memiliki hubungan yang sangat mempengaruhi. Di dalam film dan kepariwisataan, keterlibatan masyarakat lokal pasti dibutuhkan, konteks wirausaha kecil dan menengah difasilitasi karena yang akan dilakukan nantinya adalah mempromosikan produk wisata yang mereka miliki, dan terakhir pemerataan pembangunan pariwisata juga dapat tercapai apabila tingkat kunjungan wisata semakin meningkat.


Selanjutnya Dede juga menambahkan bahwa secara garis besar, film dapat diklasifikasikan berdasarkan genre dan tipe film. Terkait genre film, film dokumenter memiliki 12 genre, yaitu laporan perjalanan, sejarah, potret/biografi, nostalgia, rekonstruksi, investigasi, perbandingan dan kontradiksi, ilmu pengetahuan, buku harian, musik, association picture story, dan dokudrama (Prastisa, 2008). Istilah atau penamaan yang sering digunakan untuk jenis dokumenter ini adalah travelvlog, travel film, dan travel documentary.


Kemudian dalam pembuatan film perjalanan terdapat 3 hal yang menjadi hal penting yaitu pra-produksi film, produksi dan pasca-produksi. Adapun uraiannya adalah pra-produksi film dimulai dari (1) perancangan konsep film, (2) penentuan lokasi film, (3) penentuan kegiatan perjalanan, (4) penentuan alat rekam dan alat editing film, (6) persiapan skenario film perjalanan, (7) persiapan mise-en-scene dan (8) persiapan distribusi film perjalanan. Setelah pra-produksi maka dilakukanlah produksi dan pasca-produksi film.


Disamping itu, Dede juga mengingatkan bahwa media promosi pariwisata merupakan bagian teknis dari bauran promosi pariwisata seperti periklanan, promosi penjualan dan lain – lain. Media promosi juga beragam, seperti brosur, spanduk, foto, banner hingga film. Terkait dengan media promosi terdapat 2 tindakan yang sesuai dengan teori, yaitu pembuatan film promosi wisata desa yang kemudian akan dipublish di instagram. Film biasanya berdurasi maksimal 5 menit, clip dibuat secara singkat, padat, jelas dan mengena kepada wisatawan yang menonton.  Namun ada hal penting yang harus diperhatikan terkait dengan isi iklan wisata yang menggunakan film sebagai media promosinya, yaitu (1) warna ataupun gambar yang diproyeksikan dari film dirancang untuk menarik perhatian wisatawan, (2) tampilkan fitur yang dapat memperkuat keunikan citra destinasi wisata, dan (3) tunjukkan sifat multi dimensi destinasi (aneka kegiatan apa saja yang dapat dilakukan di daya tarik tersebut).


“ Dalam pembuatan film wisata sebagai media promosi pariwisata di Desa, memiliki beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu proses pembuatan film wisata itu sendiri dan validasi yang membuktikan bahwa film wisata yang dibuat memang benar sebuah film wisata yang diperuntukkan sebagai media promosi. Adapun proses pembuatan film wisata mencangkup pra-produksi, produksi hingga pasca-produksi. Sedangkan untuk validasi film wisata sebagai media promosi mencangkup warna atau gambar film, fitur memperkuat keunikan citra destinasi wisata, bersifat multi dimensi destinasi dan rasio 54% tampilan gambar dan 46% informasi “, pungkas Dede yang juga seorang Pemerhati Seni Film ini.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Iklan Disewakan

Laman